Faifai Prabowo – darimedia.ID — Kementerian Pekerjaan Umum terus memperluas penerapan teknologi Irigasi Padi Hemat Air ke seluruh Indonesia.
Langkah ini melalui optimalisasi infrastruktur irigasi yang dikelola Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS/BWS) di berbagai daerah.
Teknologi ini diyakini dapat menghemat air sekaligus meningkatkan produktivitas panen padi.
“Teknologi IPHA strategi penting meningkatkan efisiensi pertanian melalui pemanfaatan metode modern. Dengan IPHA, kita tidak hanya mengurangi penggunaan air, tapi juga meningkatkan kualitas dan hasil panen,” ujar Menteri PU Dody Hanggodo, lewat keterangan resminya, diterima Senin (21/4/2025).
Keberhasilan teknologi ini akan menjadi dasar memperluas implementasinya ke daerah irigasi lain.
IPHA, menggunakan metode pengairan berselang, memungkinkan lahan sawah menjalani siklus basah-kering teratur.
Pendekatan ini terbukti menghemat air hingga 30% dan meningkatkan produktivitas padi hingga 169% dibandingkan metode konvensional.
Produksi Padi Lebih Optimal
Untuk mendukung keberhasilan IPHA, Kementerian PU mengembangkan sistem informasi pengelolaan air berbasis digital yang membantu petani dan petugas lapangan.
Terutama dalam mengelola jadwal pengairan, memantau debit air, serta memberikan peringatan dini terkait potensi kekeringan.
Ia memastikan teknologi pengelolaan air ini menjadi lebih akurat dan efisien.
“Sehingga hasil melalui IPHA dapat lebih optimal,” imbuhnya.
Sebagai bagian dari sosialisasi dan penguatan implementasi IPHA, Kementerian PU akan menyelenggarakan panen demplot serta pameran hasil panen teknologi IPHA di Daerah Irigasi (DI) Rentang, pada Selasa, 22 April 2025.
Acara ini bertujuan menunjukkan efektivitas teknologi IPHA dalam meningkatkan kualitas panen padi. Dalam kegiatan tersebut, tiga dari 208 demplot yang telah berkembang tinggal menanti panen.
Hingga kini, 18 demplot telah dipanen dengan hasil yang jauh melampaui rata-rata produktivitas metode konvensional.
Salah satu daerah lumbung pangan yang telah menerapkan IPHA adalah Daerah Irigasi Rentang di Jawa Barat, mencakup Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka.
Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro melaporkan hasil yang menggembirakan.
“Dari 208 demplot di DI Rentang, hingga 17 April 2025, sebanyak 15 demplot telah dipanen dengan hasil antara 6,48 ton/ha hingga 16,88 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP). Rata-rata produktivitas mencapai 10,35 ton/ha GKP, jauh di atas metode konvensional,” ungkapnya.
Dwi menambahkan bahwa keberhasilan IPHA tidak hanya meningkatkan produktivitas padi tetapi juga menunjukkan potensi besar teknologi ini dalam mendukung swasembada pangan nasional. Dengan hasil yang stabil di atas 6 ton/ha GKP, teknologi ini memberikan solusi berkelanjutan untuk pertanian Indonesia.
Selain itu, keberhasilan penerapan IPHA menjadi model untuk daerah lain.
Kementerian PU optimis dengan sinergi lintas sektor, efisiensi penggunaan air irigasi dan peningkatan hasil panen dapat memberikan dampak signifikan. Terutama pada ketahanan pangan nasional.
“Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah. Termasuk kelompok tani, dan berbagai pihak lain untuk memastikan keberhasilan penerapan IPHA secara nasional,” ujar Menteri PU.