Masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu digemparkan aksi mengerikan dari puluhan pelajar SMP di daerah itu. Para pelajar menyayat tangan sendiri menggunakan benda tajam yang diduga sejenis silet, jarum pentul hingga cutter.
Tercatat ada 52 siswi SMP di daerah tersebut melukai bagian pada lengannya.
Perbuatan tak ladzim itu terungkap saat salah seorang guru yang melihat bagian lengan siswinya ada bekas luka sayatan. Setelah ditanya ternyata banyak yang melakukan hal serupa.
Kepala sekolah setempat, Sri Utami Dwi Wahyuni, mengungkapkan, pihaknya telah memanggil para wali murid dari siswi yang melakukan hal tersebut.
Menurutnya, rerata para pelajar yang kedapatan itu termasuk anak pendiam. “Paling banyak anak kelas 7, sebagian juga ada di kelas 8,” ujar Sri Utami, dikutip dari Inibengkulu, Senin 13 Maret 2023.
Saat ditanya hal yang mendasari para siswa melakukan hal itu, mereka mengaku mengikuti tren yang kerap dilihatnya di media sosial.
“Mereka ikut-ikutan media sosial. Ada yang disilet, lalu diposting di status. Banyak yang lukanya sudah lama, karena sudah dari SD, ketahuan sekarang,” ujar Sri.
Dari hasil pemeriksaan, sebanyak 52 siswa yang diduga sengaja melukai tangannya sendiri itu mengaku melakukan aksinya lantaran terpengaruh dari YouTube.
“Tapi tidak ada indikasi yang mengarah ke hal negatif lainnya. Mereka hanya mengikuti tren,” papar Sri.
Menanggapi hal itu, Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Nahar meminta semua pihak, termasuk orang tua mewaspadai fenomena self harm (melukai diri sendiri) pada remaja.
“Semua pihak agar mewaspadai fenomena ini agar anak tidak menjadi korban,” ujar Nahar, Senin.
Nahar meminta para orang tua agar memberikan kasih sayang yang cukup kepada anak mereka dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. “Beri kasih sayang cukup, penuhi hak anak, buka ruang komunikasi untuk bisa saling memahami,” papar Nahar.
Selain itu, orang tua juga diminta menguatkan literasi digital anak dan meningkatkan kecakapan hidup anak. “Kuatkan literasi digital, tingkatkan kecakapan hidup anak dan lindungi dari pelbagai masalah yang dapat muncul karena faktor eksternal,” ujarnya.