Home / Uncategorized

Jumat, 3 Maret 2023 - 10:00 WIB

Cacat Hukum Tunda Pemilu

Adminanda Rezki, Founder Aset Bangsa ID. (dokpri)

Adminanda Rezki, Founder Aset Bangsa ID. (dokpri)

Oleh: Adminanda Rezki, Founder Aset Bangsa ID.

Publik kembali dibuat heboh keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang mengabulkan gugatan Partai Prima terhadap Komisi Pemilihan Umum. Putusan itu menyerukan agar pemilu ditunda.

Keputusan tersebut pada dasarnya cacat hukum dan cacat politik.

Aset Bangsa ID menilai bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak memiliki kompetensi dalam hal keputusan penundaan pemilu.

Mengacu ketentuan UU Nomor 17 tahun 2017 tentang Pemilu, bahkan tidak ditemukan istilah “tunda”, hanya ada Pemilu Lanjutan dan Pemilu Susulan.

Klausul itu tercantum di Pasal 433 Ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2017, berbunyi: Pemilu lanjutan dan Pemilu susulan dilaksanakan setelah ada penetapan penundaan pelaksanaan pemilu.

Tak hanya itu, di Pasal 433 UU lebih lanjut telah ditentukan siapa yang berhak menetapkan penundaan Pemilu.

Antara lain dilaksanakan: a.) KPU Kabupaten/Kota atas usul PPK apabila penundaan, pelaksanaan Pemilu meliputi satu atau beberapa kelurahan/desa; b.) KPU Kabupaten/Kota atas usul PPK apabila penundaan pelaksanaan Pemilu meliputi satu atau beberapa kecamatan; c.) KPU Provinsi atas usul KPU Kabupaten/Kota apabila penundaan pelaksanaan Pemilu meliputi satu atau beberapa kabupaten/kota; atau d.) KPU atas usul KPU Provinsi apabila pelaksanaan pemilu lanjutan atau susulan meliputi satu atau beberapa provinsi.

Baca juga  Otorita IKN Minta Saran Isran

Sehingga terlihat jelas bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut wajib ditolak, karena secara nyata keputusan itu menyalahi sistem keadilan pemilu atau electoral justice system kita.

Dalam hal ini, Aset Bangsa ID turut serta mempertanyakan kompetensi penyelenggara hukum yang tururt serta bersidang pada gugatan Partai Prima tersebut.

Silakan saja, Partai Prima merasa dirugikan dengan keputusan KPU, kemudian menggugat KPU secara Perdata ke PN Jakarta Pusat. Namun putusan harusnya hanya berkaitan antara KPU dengan Partai Prima. Jangan sampai kepada sistem tata negara kita. Disinilah letak kekeliruan putusan tersebut.

Kita apresiasi Partai Prima menuntut haknya, namun hakim jelas dalam hal ini kita nilai telah keliru dalam hal pembuatan keputusan.

Aset Bangsa ID menyatakan bahwa secara politik, wacana-wacana penundaan pemilu ini tidak boleh lagi menyeruak di permukaan publik.

Kami melihat ini seperti gelombang demi gelombang, satu persatu “cek ombak” atau test case terus dilakukan tangan-tangan tak terlihat terhadap upaya penundaan pemilu.

Baca juga  Gelora Optimis Lolos Parliamentary Threshold

Mulai elit politik negara ini, para pemangku kepentingan, para pemberi pengaruh diberbagai sosial media, hingga sekarang secara keputusan dengan instrumen hukum.

Apapun itu, Aset Bangsa ID bersama jejaring pemerhati demokrasi dan pemilu akan tetap bersama-sama membentuk kekuatan dalam memastikan penyelenggaraan pemilu 2024.

Karena minimal, kita memiliki kesadaran bahwa jika pemilu benar-benar ditunda, maka konsekuensi politiknya kekosongan pada jabatan presiden.

Sebab DPR dan DPD dipilih satu paket dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, maka secara otomatis akan terjadi kekosongan parlemen, kekosongan anggota DPR, DPD, DPR daerah.

Karena itu, Aset Bangsa ID tururt serta akan mengawasi langkah-langkah yang akan diambil KPU terhadap keputusan yang tidak berdasar tersebut.

Karena jangan hanya sampai publik bersama gerakan pemerhati demokrasi dan pemilu saja yang turut serta menolak keputusan penundaan pemilu, sedangkan penyelenggara pemilu malah tidak mempunyai sikap tegas terhadap pelaksanaan pemilu 2024.

Pemilu harus tetap dilaksanakan tahun 2024 sebagai bagian dari sirkulasi kekuasaan dan disyaratkan sistem politik demokrasi yang kita anut.

Share :

Baca Juga

Uncategorized

Automated Containers Make Organic Urban Farming Feasible

Uncategorized

End The Summer with Serenity at Calabash Cove Resort And Spa

Uncategorized

Trending, Keutamaan Shalawat