Harga minyak tergelincir, turun sekitar 1% ke level terendah dalam dua pekan di perdagangan Kamis 9 Maret 2023.
Penurunan itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) menaikan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi. Hal ini dapat memicu resesi ekonomi dan mengurangi permintaan minyak di masa depan.
Minyak mentah Brent turun US$ 1,07, atau 1,3%, menjadi US$ 81,59 per barel, terendah sejak 22 Februari. Sementara harga minyak AS WTI turun 94 sen, atau 1,2%, menjadi US$ 75,72, terendah sejak 27 Februari.
Kondisi tersebut membuat kedua acuan harga minyak turun tiga hari berturut-turut. WTI turun sekitar 6% dan Brent hilang sekitar 5% selama 3 hari.
Bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih tinggi untuk mengurangi inflasi. Namun suku bunga tinggi justru meningkatkan biaya pinjaman konsumen, yang dapat memperlambat perekonomian.
“The Fed datang untuk inflasi. Ini diterjemahkan pada kekhawatiran melemahnya permintaan minyak karena kemungkinan resesi,” papar analis Again Capital LLC John Kilduff, dikutip CNBC International.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu, meningkat ke level tertinggi 5 bulan. Namun tren yang mendasarinya tetap konsisten bahwa pasar tenaga kerja ketat.
“Pertumbuhan yang melambat terus membebani harga minyak mentah,” kata analis analitik OANDA, Edward Moya.
Sikap hawkish The Fed mendorong investor mencari tahu rezim suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dapat membebani saham negeri Paman Sam.