darimedia.id – Kalimantan Timur masih menjadi magnet bagi investor asing dan investor dalam negeri. Utamanya karena Kaltim kaya akan bahan baku dari sumber daya alam.
Untuk investasi asing, sekitar tujuh negara menyatakan ketertarikannya. Ada Malaysia, Australia, Finlandia, Bahrain, Tiongkok, Jepang hingga Korsel. Tapi yang serius sampai harus lakukan survei dan lainnya cuma Tiongkok dan Malaysia.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim Puguh Harjanto membebernya. Rata-rata investasi yang mereka tawarkan adalah hilirisasi. Alasannya karena Kaltim sudah memiliki bahan baku SDA yakni batu bara.
“Produk utama kita kan batu bara, jadi mereka inginnya hilirisasi. Mereka sudah survei, tapi tidak hanya di satu lokasi, ada di beberapa provinsi juga mereka jajaki,” sebutnya.
Bahrain misalnya disebut-sebut tertarik berinvestasi di kawasan industri KEK Maloy. Negara timur tengah tersebut ingin mengembangkan hilirisasi di sana. Sementara untuk Australia, pemprov Kaltim ingin mengembangkan potensi pasar di negara kangguru tersebut.
Memang tidak semua negara tadi menunjukkan keseriusan. Karena itu Pemprov Kaltim pun memasang status wait and see. Kalau serius akan dilayani. Jika ingin sekedar penjajakan awal pun tidak masalah. Karena ini pun bagian dari promosi investasi dari Kaltim.
Negara terakhir yang lakukan pertemuan dengan Pemprov Kaltim adalah Finlandia. Kerja sama yang ditawarkan adalah pengembangan teknologi dan energi terbaruka. Perusahaan yang bermaksud mengembangkan adalah PT Wartsila. Anak dari Wartsila Corporation di Finlandia.
Perusahaan ini bekerja di sektor pembangkit listrik dan kelautan. Adapun produknya meliputi engine power plants, energy storage (baterai yang langsung konek ke transmisi lain untuk membantu jaringan listrik) hingga software digital.
“Beberapa negara sudah komunikasi, tapi kami masih menunggu hasil lebih lanjut. Bagi kami karena belum ada langkah lebih lanjut, berarti itu masih penjajakan. Yang cukup serius baru dari Tiongkok dan Malaysia.”
Rupanya sebagian besar investor asing tersebut merupakan bawaan dari pemerintah pusat. Atas dasar itu pula, Pemprov Kaltim harus memberikan kemudahan akses berupa informasi dan sebagainya.
Apakah karena faktor IKN?
“Tidak juga,” kata Puguh.
Justru karena SDA minerba yang menjadi daya tarik. Sebab minerba tersebut menjadi bahan baku untuk pengembangan proyek mereka. Kalau pun berkaitan dengan IKN, maka Finlandia yang paling realistis. Karena proyek yang ditawarkan adalah pengembangan energi baru terbarukan.
Ketertarikan investor asing tadi sebenarnya merupakan gairah untuk memajukan perekonomian Kaltim itu sendiri. Malah investasi asing hingga triwulan III 2022, angkanya jauh lebih tinggi di bandingkan periode 2021. Dari data yang didapat, realisasi PMDN hingga triwulan III 2022 tercatat Rp 28,76 triliun. Sedangan realisasi PMA baru mencapai USD 867,3 juta.
Adapun secara kumulatif, realisasi investasi Kaltim pada 2021 lalu mencapai mencapai Rp 41,17 triliun. Mencakup penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 30,30 triliun (73,58 persen), dan PMA sebesar Rp10,88 triliun (USD 745,19 juta) atau 26,42 persen.
Sektor industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi mendapatkan penambahan investasi terbesar dari PMDN. Adapun sektor pertambangan dan industri makanan justru terbesar dari PMA.
Puguh juga menyampaikan tantangan pada tahun depan. Kondisi perekonomian masih mengikuti ekonomi global. Ditambah lagi penyesuaian dengan kondisi pasca pandemi. Mau tidak mau hilirisasi harus dilakukan. Kemudian maping potensi investasi melalui I-PRO. Singkatan dari investment project ready to offer.
“Kaltim juga mendesain pertumbuhan investasi di luar migas dan batu bara. Kemudian kita maskimalkan pula dukungan infrasturkutr penunjang investasi. Kalau infrastruktur kurang mendukung sepertinya agak berat investasi berkembang,” tutup pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur, 1979 silam itu. (Sum)