Badan Riset dan Inovasi Nasional atai BRIN, tengah mengembangkan teknologi biostimulan berbasis bakteri halotolerant.
Teknologi ini untuk mengembangkan budidaya padi di lahan sawah salin, atau sawah dengan kadar garam yang terlarut dalam air. Hal itu disampaikan Sulastri Periset Pusat Riset Mikrobiologi Terapan-BRIN, dikutip dari situs BRIN, Sabtu 18 Maret 2023.
Sulastri menjelaskan teknologi itu telah dilakukan ujicoba dengan diimplementasikan di Kota Tegal, dengan menggandeng Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Pangan setempat.
Ia berujar penggunaan teknologi tersebut melalui pemanfaatan bakteri halotolerant. Yang memiliki pelbagai karakter pemacu tumbuh, seperti: pelarutan fosfat, penghasil 1-aminocyclopropane-1-carboxylate (ACC) deaminase, dan penambatan nitrogen.
“Implementasi teknologi biostimulan ini, bertujuan meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap cekaman salinitas. Sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya,” jelasnya.
Sulastri menambahkan, aplikasi teknologi tersebut memiliki toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas.
Bahkan dapat memberi tambahan data, sebagai hasil uji produk di lapangan.
Selain itu, akan meningkatkan produktivitas hasil budidaya padi, khususnya pada lahan sawah yang terdampak intrusi air laut.
“Diharapkan dapat memberikan kontribusi, terhadap peningkatan produksi beras,” ujarnya.
“Salinisasi tanah dapat menyebabkan toksisitas pada tanaman padi, yang dapat mengganggu pertumbuhannya, dan menurunkan hasil panen. Bakteri halotoleran pemacu tumbuh, akan meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas, melalui beberapa mekanisme,” lanjutnya.
Mekanisme tersebut, antara lain menurunkan produksi etilen tanaman, melalui produksi enzim ACC deaminase.
Menghasilkan enzim antioksidan, dan osmoprotektan, serta meningkatkan ketersediaan hara pada tanaman, saat kondisi tercekam salin. Hal lainnya, sebagai langkah mitigasi, dan adaptasi dari ancaman intrusi air laut, di pesisir pantai utara Jawa.
Implementasi teknologi biostimulan berbasis bakteri halotolerant, sambungnya, mampu meningkatkan perkecambahan benih padi, dan pertumbuhannya di lahan sawah salinitas Desa Kaligangsa, Kabupaten Tegal.
Saat ini tanaman telah berumur 76 Hari Setelah Tanam (HST), menunjukan ketahanan terhadap genangan (banjir 3 hari).
Ketinggian tanaman rata-rata 40 cm pada fase vegetatif, dan menghasilkan malai produktif. Jumlah bulir per malai lebih banyak, dibandingkan petak tanpa perlakuan.
“Selanjutnya, pengamatan akan terus dilakukan hingga pemanenan. Implementasi teknologi ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan lahan salin, pada lahan persawahan,” jelasnya. (BRIN)