KLIK BALIKPAPAN – Arsitek Indonesia Pemenang Sayembara Desain Ibu Kota Negara, Sibarani Sofian, mengungkap panjang lebar rencana pembangunan di IKN. Hal itu ia kemukakan di tayangan Youtube: Helmy Yahya Bicara, 2 Maret 2022.
Menurut Sibarani, pembangunan IKN akan diwujudkan menjadi kota unik yang tidak copy paste dari tempat lain di dunia. Kota yang tumbuh dari Nusantara. Bagaimana alam dirayakan di satu kota. Yakni melalui pembelajaran dari kegagalan dan keberhasilan dari setiap kota.
Menurutnya tidak ada satu kota pun yang mirip yang bisa diambil semuanya.
“Jadi ada hal yang bagus di Washington DC yang mungkin lumayan, di Canberra (Australia) walaupun banyak yang bilang kotanya sepi, terlalu adem, tidak hijau tapi kotanya tidak aktif. Ada juga seperti Puterajaya yang sangat monumental, tetapi sepi juga. Karena terlalu dekat dengan Kuala Lumpur, orang enggan tinggal di situ. Jadi kita belajar dari semua hal-hal yang baik dan buruk, dan kita gabungkan ilmu itu dalam IKN,” jelasnya.
“Untuk pembangunan IKN, rencananya akan menggunakan konsep kota yang dikelilingi air dan hijau. Yaitu dengan prinsip kota yang memiliki kepulauan, yang transitnya terhubungkan tapi dikelilingi hijau dan air. Jadi dekat kemana-mana, dan dalam lingkup ten minute city,” paparnya.
Ten minute city, diartikan dari satu titik lokasi A ke lokasi B, dari lokasi B ke lokasi C, semuanya hanya dibutuhkan waktu 10 menit.
Terkait material bangunan akan banyak menggunakan bahan berkarbon rendah.
“Salah satu performance indicator untuk perkotaan zaman sekarang. Kalau kita bicara dunia sekarang ngomong apa sih kota, itu adalah sustainable and climate resilient. Sustainable itu ramah dengan alam, resilient itu tahan terhadap guncangan seandainya ada bencana,” jelas Sibarani.
Ia menerangkan salah satu yang penting untuk material adalah material lokal yang rendah karbon. Sebab, bila membuat sesuatu yang harus mengimpor dari luar, barang-barang yang menggunakan material yang tidak didapat di alam dengan mudah, yang harus impor menggunakan kapal, maka carbon pressingnya luar biasa.
“Nah, Kalimantan mempunyai kekhasan bahwa tidak memiliki material batu. Material untuk konkrit dan semen itu tidak mudah. Yang melimpah itu kayu-kayu keras, yang sekarang ini telah diekspor untuk dibuat dibuat dari cara yang sustainable,” jelasnya.
Impresi yang akan diberikan adalah kota yang walaupun bangunannya tinggi, tetapi materialnya menggunakan kayu.
“Ini termasuk teknologi zaman sekarang yang menjadi keunggulan di masa depan,” jelasnya.
Karena kayu bisa kembali ke alam, dan secara struktural kayu bisa menopang sesuatu yang lebih besar. Jepang, Saudi sudah mulai memikirkan itu.
“Kalau memang benar-benar mau green, building yang hijau, ya harusnya bauran energi karbon yang dibawa itu harus benar-benar rendah. Meski belum ada teknologi terkait yang dibuat Indonesia belum ada, tapi di luar negeri sudah,” terang Sibarani.
Terkait pembangunan Istana, ia belum bisa memastikan apakah akan dibangun dengan kayu, tembaga atau bahan material lain. Namun, ia berpendapat secara pandangan dari konsep kota, seharusnya pemerintah menjadi contoh. Sebab material yang lebih sustainable tentunya kayu.
“Jadi saat kita membangun kota yang masyarakat diminta untuk being sustainable, being green, and being resilient, leadership itu datang harus dari pemerintah. Apakah pengecualian satu bangunan yang namanya Istana sebagai simbol negara, itu diskusi yang terpisah,” tuturnya.
Menurutnya untuk kantor kementerian akan diperbanyak dengan material kayu dan bangunannya bila dilihat dari luar akan terlihat hijau. Itu menjadi bagian untuk merendahkan suhu.
Ia menilai salah satu masalah besar di Kalimantan itu suhunya panas.
“Dan kita harus merancang suatu klaster, kota yang bisa bernafas, konsepnya kota bernafas. Karena itu kita buat dalam bentuk klaster yang dikelilingi air dan hijau. Berapa ratusan meter ada hijau, angin bisa lewat. Nantinya akan dibuat embung-embung kecil.”
Dengan adanya hijau, air, angin membawa oksigen bisa membawa dampak kota yang mendinginkan. Penerapan teknologi ini sudah banyak. Apalagi dibantu dengan pihak kampus, institusi dan pihak lain.
Sibarani menjelaskan, dari 250 ribu hektare lahan, sebagian besar didomonasi atau lebih dari 60 persennya hutan produksi atau hutan yang telah dirambah. Yakni, hutan kayu untuk papper and pulps. Yang dalam hitungan 6-7 tahun meski tidak diapa-apakan akan rontok sendiri.
Rencananya penebangan hutan dalam pembangunan IKN, sebesar 30 persen dari kawasan yang dibangun. Ia mengklaim pembangunan di atas hutan produksi. Tidak menggunakan daerah alami, seperti mangrove. Karena permintaannya 70 persen harus alami.
Sibarani mengangkat desain bertajuk Nagara Rimba Nusantara. Dari ratusan karya, konsep Nagara Rimba Nusa hasil karya tim Urban+ menjadi pemenang. Konsep besar yang ditawarkan desain ini berupa tata kota modern, pembangunan manusia, sifat manusia, dan kelestarian alam.
Sibarani Sofian menggawangi tim Urban+, yang terdiri dari 10 ahli dari beragam disiplin ilmu.
Desain buatan Urban+, perusahaan yang didirikan Sibarani berhasil meraih piagam penghargaan dan hadiah sebesar Rp 2 miliar. Sayembara gagasan IKN diikuti 755 peserta dari hampir seluruh provinsi di Indonesia, termasuk dari luar negeri.
Desain IKN yang dibuatnya, menanamkan nilai-nilai alam, peradaban serta kesejahteraan rakyat. Pada tata letak bangunan juga mengacu Pancasila sebagai dasar negara.
Sofian Sibarani adalah pendiri dan direktur Urban+ yang dibangun tahun 2016. Urban+ didirikan dengan beberapa ahli perkotaan dan desain utama untuk membantu pemerintah dan swasta menciptakan proyek perkotaan yang menarik.
Urban+ bergerak di sektor perancangan desain ibu kota dan arsitektur.
Sibarani mempelajari arsitektur di Institut Teknologi Bandung dan meraih gelar master dalam Pengembangan dan Desain Urban di Universitas New South Wales, Sydney, Australia.
Setelah lulus, ia bekerja di Singapura di perusahaan TAK Design dan RSP Architects, lalu Hong Kong di perusahaan SOM Asia dan EDAW Asia, sebelum akhirnya bergabung dengan AECOM Singapura tahun 2007. ECOM mengakuisisi EDAW Asia, dan ia diminta membuka divisi Perencanaan dan Desain di Singapura.
Sibarani mengaku pernah menggarap proyek-proyek besar di Cina, dan negara lain. Pada 2011, ia pulang ke Indonesia untuk membuat Perencanaan dan Desain di Tanah Air hingga meninggalkan AECOM pada 2016. Ia membantu beberapa kota dan kabupaten seperti Bogor dan Bandung dan berfungsi sebagai sumber ahli untuk Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Dewan Perumahan Publik Indonesia atau Perumnas, dan Green Building Council Indonesia.
I Pewarta: Siska I Redaktur: Muchlis