Hidayat Taulan – darimedia.id
Jokowi menyebut frekuensi bencana di Indonesia tahun 2022, naik 81 persen dibanding tahun 2010.
Tak hanya banjir, tanah longsor dan gunung meletus, namun juga gempa bumi dan bencana non alam lainnya.
Hal itu diutarakannya saat membuka Rakornas Penanggulangan Bencana, Kamis 2 Maret 2023.
Jokowi berujar saat ini ketakutan dunia telah bergeser, bukan lagi pandemi ataupun perang, melainkan perubahan iklim.
Ia menuturkan perubahan iklim akan menyebabkan frekuensi bencana alam meningkat, termasuk di Indonesia.
Untuk itu ia meminta agar semua pihak terkait tetap siaga dan waspada bencana. Mulai dari tahap pra bencana, tanggap darurat, hingga paskabencana.
Diwartakan sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati menilai, gempa besar yang meluluh lantakan Turki berpotensi terjadi di Indonesia.
Alasannya, seluruh wilayah di Indonesia, rawan terhadap gempa yang dipicu sesar aktif.
“Gempa Turki mengingatkan banyak negara, bahwa sesar aktif dengan pergerakan geser mendatar yang terjadi di darat, dapat mengakibatkan gempa katastrofik,” jelas Dwikorita dalam Focus Group Discussion bertajuk Lesson Learned From Turkiye Earthquakd for Mitigation Preparedness for The Next Potential Destructive Earthquake in Indonesia, Jumat 24 Februari 2023.
Berkaca dari gempa Turki, lanjut Dwikorita, Indonesia perlu melakukan penguatan sistem mitigasi gempa bumi. Antara lain melalui penguatan dan pengembanggan riset dan teknologi; penguatan sistem monitoring kegempaan secara kontinu dan komprehensif. (Ant)