Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati menilai, gempa besar yang meluluh lantakan Turki berpotensi terjadi di Indonesia.
Alasannya, seluruh wilayah di Indonesia, rawan terhadap gempa yang dipicu sesar aktif.
“Gempa Turki mengingatkan banyak negara, bahwa sesar aktif dengan pergerakan geser mendatar yang terjadi di darat, dapat mengakibatkan gempa katastrofik,” jelas Dwikorita dalam Focus Group Discussion bertajuk Lesson Learned From Turkiye Earthquakd for Mitigation Preparedness for The Next Potential Destructive Earthquake in Indonesia, Jumat 24 Februari 2023.
Berkaca dari gempa Turki, lanjut Dwikorita, Indonesia perlu melakukan penguatan sistem mitigasi gempa bumi. Antara lain melalui penguatan dan pengembangan riset dan teknologi; penguatan sistem monitoring kegempaan secara kontinu dan komprehensif.
Selain itu, juga perlu dilakukan penguatan kajian getaran tanah. Termasuk memperhatikan konstruksi bangunan tahan gempa dengan building code; penegakan peraturan pendukung sistem mitigasi gempa bumi; serta edukasi masyarakat
Ia menjelaskan, gempa Turki bermagnitudo 7,8 sanggup memecahkan seluruh segmen sesar Anatolia Timur, yang mencakup segmen Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali sepanjang 300 km.
Fenomena ini memberikan warning bagi Indonesia, untuk mewaspadai potensi gempa multi-segmen yang mungkin terjadi.
Fenomena serupa pernah terjadi di Pulau Lombok, pada tahun 2018. Ketika itu, ada lima gempa kuat yang terjadi dalam waktu 3 minggu dengan magnitudo 6,4; 7,0; 5,9; 6,2; 6,9.
Selain sanggup memecahkan.hampir seluruh segmen Sesar Anatolia Timur, gempa Turki juga memicu gempa di jalur sesar lain, yaitu sistem sesar Sürgü. Sebelah barat wilayah Surgu ikut terpicu, hingga terjadi gempa bermagnitudo 7,5 dan 6,0.
“Karakteristik zona sesar utama yang dikelilingi oleh sesar-sesar lainnya, juga banyak terdapat di Indonesia. Seperti di zona Sesar Cimandiri, Sesar Semangko, Sesar Palu Koro, Sesar Aceh-Seulimeum, Sesar Kawa dan sebagainya,” papar Dwikorita.
Gempa Turki terjadi di wilayah selatan di Provinsi Adıyaman, Kilis, Osmaniye, Gaziantep, Malatya, Şanlıurfa, Diyarbakır, Adana, & Hatay, yang menjadi tempat tinggal bagi populasi 13,5 juta orang.