Home / Intermeso

Jumat, 10 Maret 2023 - 01:30 WIB

Murdoch Sang Bohir Media

Rupert Murdoch, sang bohir media/ (Reuters/Mike Segar)

Rupert Murdoch, sang bohir media/ (Reuters/Mike Segar)

Sakhia – darimedia.id

Keith Rupert Murdoch, dikenal sebagai salah satu bohir media di dunia. Ia punya jejaring media raksasa yang menyebar di pelbagai negara. Tak heran, ia menjadi salah satu orang terkaya di semesta.  

Murdoch diketahui sebagai sosok berpengaruh di industri media abad ini. Per Jumat 17 Februari 2023, ia tercatat memiliki kekayaan US$18,3 miliar atau sekitar Rp 278 triliun. Angka ini dengan asumsi kurs Rp 15.200 per dolar AS.

Lewat News Corp, orang terkaya di dunia ini mengendalikan ratusan media populer di pelbagai negara, mulai media cetak sampai elektronik.

Dihimpun dari pelbagai sumber, Murdoch punya media raksasa dimana-mana. Seperti di Amerika, ia punya Fox News, The New York Post dan The Wall Street Journal. Di Inggris, media raksasa di sana juga miliknya, yakni The Sun dan The Times.

Begitupun, media raksasa di Australia, Herald Sun dan The Daily Telegraph, juga punya Murdoch.

Ia pun tercatat sebagai pemilik perusahaan penerbit buku besar Harper Collins.

Tangan dinginnya membangun kerajaan media membuat Forbes menempatkan Murdoch di peringkat ke-76 pada daftar konglomerat global tahun lalu.

Ia dilahirkan di Melbourne, Australia, pada 11 Maret 1931. Murdoch anak kedua dari Sir Keith Murdoch, koresponden surat kabar dan penerbit yang sukses di Australia. Di masa hidupnya, sang ayah didapuk sebagai direktur eksekutif Herald and Weekly Times Group, perusahaan media populer di Negeri Kanguru.

Maka tidak heran jika sejak kecil, darah jurnalisme telah mengalir dalam tubuh Murdoch. Ia mewarisi DNA sang ayah.

Murdoch menempuh pendidikan dasar di sekolah asrama bergengsi Geelong Grammar School, Australia. Di sana, ia aktif sebagai editor jurnal sekolah. Setelah itu, ia menempuh pendidikan tinggi di jurusan filsafat, politik dan ekonomi Worcester College, Oxford, Inggris.

Baca juga  Tiga Isu Besar di Balikpapan

Usai lulus, ia bekerja sebagai editor di surat kabar London Daily Express tempat ia berkenalan dengan jurnalisme sensasional yang akan mempengaruhi cara berbisnisnya di kemudian hari.

Di usianya ke-21, sang ayah wafat karena kanker. Duka itu membuatnya harus kembali ke Australia dan melanjutkan bisnis keluarga tahun 1954.

Murdoch dapat durian runtuh, warisan perusahaan surat kabar News Limited, yang menaungi The Sunday Mail dan The News, dari sang ayah. Berkat tangan dinginnya, The News sukses di Adelaide.

Ia juga mengubah The News menjadi surat kabar yang mewartakan skandal dan seks yang menjual. Ia bahkan turun tangan untuk menentukan headline.

Setelah itu, Murdoch mulai aktif melakukan akuisisi dan ekspansi ke sejumlah media bermasalah di pelbagai kota di Australia. Mulai Sunday Times di Perth hingga The Daily Mirror di Sydney.

Tahun 1969, ia mulai mengakuisisi media asing.

Saat itu, Murdoch membeli surat kabar The News of The World yang terbit di London, Inggris. Selang setahun, ia membeli surat kabar populer The Sun.

Lantas, ia membangkitkan surat kabar yang sekarat dengan rumus sama yakni headline bombastis yang menekankan isu kriminal, seks, skandal, dan humaniora.

Tahun 1973, ia masuk ke industri media Amerika dengan membeli dua surat kabar harian Texas, salah satunya The San Antonio News.

Kemudian surat kabar sore itu menjadi koran populer dengan resep berita seks dan skandalnya. Setahun berikutnya, pada 1974, Murdoch memutuskan pindah ke AS. Di tahun sama, ia membeli tabloid mingguan berskala nasional The Star. Selang dua tahun, ia membeli tabloid sore The New York Post.

Baca juga  Jokowi Soal Airlangga Mundur, Itu Urusan Golkar

Berikutnya, Murdoch membeli pelbagai media lokal di sejumlah negara bagian AS, termasuk The Boston Herald dan The Chicago Sun-Times.

Di tahun 1985, ia memutuskan melepas status warga negara Australia dan berganti menjadi warga tetap New York, AS.

Rentang 1980-2000, menjadi masa emas Murdoch. Di periode itu ia mengembangkan sayap dengan mengakuisisi radio, stasiun tv, rumah produksi film, perusahaan rekaman, dan penerbit buku.

Semisal pada 1985, ia mengakuisisi Twentieth Century-Fox Film Corporation (20th Century Fox) dan mengembangkannya menjadi Fox Inc yang memproduksi sejumlah film box office dan menaungi saluran berita berpengaruh Fox News.

Tak hanya di di Eropa dan Amerika. Di Asia, ia pun membeli media besar. Semisal Star TV, saluran tv kabel berbayar yang berbasis di Hong Kong.

Itu dilakukan untuk memuluskan rencana membangun kerajaan media global.

Benar saja, pada tahun 2005, Murdoch bahkan membeli perusahaan internet Intermix media yang menaungi Myspace.com. Selang dua tahun, ia mengumumkan telah membeli Dow Jones & Company, penerbit The Wall Street Journal, seharga $5 miliar dolar AS.

Ekspansi bisnis Murdoch tak selamanya berjalan mulus. Ia terjerat tumpukan utang yang ujungnya penjualan media, terpaksa dilakukan.

Semisal di tahun 2017, Murdoch menjual sebagian besar saham 21st Century Fox ke Disney senilai US$71 miliar. Tapi meski begitu, ia tetap mempertahankan Fox News dan sejumlah saluran televisi di bawah Fox Corporation.

“Jika Anda berada di media, terutama surat kabar, Anda berada di tengah-tengah semua hal menarik yang terjadi di komunitas,” ujarnya dikutip dari Biographydotcom. (CNN)

Share :

Baca Juga

Intermeso

Aktor Kevin Berjualan Roti Keliling

Intermeso

Kucing Termahal di Dunia 2023

Intermeso

Film Terbaru 2023: Super Seru

Intermeso

Rumah Terbakar Ludes, Al Quran Utuh

Intermeso

Makkah Bangun 280 Taman